Rabu, 25 Mei 2011

“Tanya Jawab III Perkuliah Filsafat Pendidikan Matematika “ Oleh Bapak Marsigit

Segala sesuatu yang ada di dunia ini senantiasa berpasang-pasangan. Filsafat menyebutkan bahwa sesuatu yang berpasang-pasangan itu adalah tesis dan antitesisnya. Fatal-vital, intensif-tak intensif, ekstensif-tak ekstensif, bejo-ciloko, subjek-predikat, benar-salah, baik-buruk, etik-tak etik, ada sumber-tak ada sumber. Antara tesis dan antitesisnya senantisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita.

1. Seberapa besar pengaruh masa lalu terhadap masa sekarang dan masa yang akan datang?
Jawab: Jika filsafatnya filsafat sejarah maka dunia menyejarah artinya 100 persen masa lalu berpengaruh besar terhadap kehidupan kita di masa sekarang dan masa yang akan datang. Akan tetapi, berbeda dengan kaum foundamentalis yang beranggapan bahwa seharusnya kita melupakan masa lalu. Semua yang terjadi di masa sekarang dan masa yang akan datang terlepas atau tidak ada sangkut pautnya dengan apa yang kita lakukan di masa lalu. Oleh karena itu, di masa sekarang dan yang akan datang maka setiap apa yang akan kita lakukan perlu adanya start atau permulaan semau kita dengan mengabaikan masa lalu kita.

2. Bagaimanakah membedakan antara yang fatal dengan vital?
Jawab: Fatal dan vital ada bukan untuk dibedakan tetapi untuk dimengerti dan dijalani. Kehidupan manusia tidak terlepas dari fatal dan vital. Ketika kita meyakini adanya yang fatal maka 100 persen kita mempercayakan pada nasib sedangkan usaha kita 0 persen. Sedangkan ketika kita meyakini adanya vital maka 100 persen kita mengupayakan atau percaya bahwa segala sesuatu itu karena usaha bukan semata pasrah terhadap nasib.

3. Bagaimana kita meyakini bahwa jodoh di tangan Tuhan?
Jawab: Segala sesuatu di dunia ini berjalan atas dasar kuasa Allah SWT. Kita tidak perlu mempertanyakan itu semua tapi cukuplah bagi kita mengimani atau meyakini hal tersebut. Jodoh, rezeqi, pati semua di tangan Allah SWT. Ketika kita bertanya siapa sesungguhnya jodoh kita maka tak seorangpun yang mengetahui bahkan kitab sucipun tak menyebutkan hal yang demikian. Jadi tak perlu kita mempertanyakan semua itu karena segala sesuatu adalah kuasa Tuhan (Plotinus).

4. Bagaimanakah hubungan agama dengan budaya?
Jawab: Agama mengatur hubungan Tuhan dengan ciptaannya sedangkan budaya mengatur hubungan manusia dengan sesamanya. Di dalam agama memuat budaya sedangkan di dalam budaya kita tidak akan menemukan agama. Oleh karena itu, mereka yang beragama mudah bila ingin menciptakan suatu budaya atau kebudayaan. Sedangkan mereka yang hanya berbudaya maka mereka tak mengenal Tuhan layaknya orang kafir.

5. Bagaimanakah jarak antara fatal dengan vital?
Jawab: Jarak antara fatal dengan vital adalah dunia kita masing-masing. Artinya, fatal maupun vital terjadi tergantung dari diri kita sendiri. Ketika kita hanya pasrah terhadap setiap yang terjadi pada diri kita maka fatal yang akan terjadi. Akan tetapi, ketika kita melakukan usaha yang maksimal maka vital yang akan terjadi. Oleh karena itu, jarak antara fatal dan vital adalah bagaimana mengelola diri kita dan itulah dunia kita masing-masing.

6. Bagaimanakah menghilangkan subjektivitas dalam penilaian?
Jawab: Penilaian yang dilakukan seseorang cenderung subjektivitas artinya tergantung siapa dulu yang menilai. Penilaian yang tidak subjektive jika menggunakan teknologi atau alat penilaian yang valid.

7. Bagaimanakah caranya agar hidup lebih dekat dengan keberuntungan?
Jawab: Beruntung dan tidak yang sering disebut dengan istilah jawa “bejo dan ciloko” dari seseorang itu berbeda-beda. Beruntungpun masih dikatakan subjektif sebab jika menurut kita beruntung belum tentu menurut orang lain hal tersebut suatu keberutungan bahkan bisa jadi dianggap hal yang biasa saja.

8. Bagaimanakah agar siswa mau mencari sumber belajar sendiri?
Jawab: Profil seorang siswa tidak terlepas dari profil kita sebagai guru. Siswa akan gemar mencari sumber belajar sendiri jika kita sebagai teladannya mampu memberikan rujukan, menyediakan sumber belajar yang menarik bagi mereka. Kita sebagai guru harus kreatif dan inisiatif untuk mencari sumber belajar yang baik. Oleh karena itu, semua ini kembali lagi bagi diri kita sebagai guru untuk melakukan refleksi.

9. Bagaimana menjelaskan fenomena mimpi atau doa yang sering kali menjadi kenyataan?
Jawab: Apa yang kita fikirkan dengan sangat dalam terkadang terbawa dalam dunia mimpi sehingga sering kali pemikiran-pemikiran tersebut terjadi dalam dunia nyata. Terkait dengan doa yang terkabul hingga menjadi suatu kenyataan terletak pada kuasa Allah SWT. Bahwa sesungguhnya Allah tidak mengabulkan apa yang kita inginkan tapi Allah mengabulkan apa yang kita butuhkan. Semua yang terjadi berdasar atas keselaran alam.

10. Bagaimana jika kita berfikir intensif tanpa bertindak?
Jawab: Jika kita hanya berfikir intensif maka kita hanya menyentuh separuh dari dunia sebab kita hanya memikirkan saja sedangkan separuh dari dunia yang lain kita masih saja diam dengan kata lain dalam kenyataan kita tidak melakukan apa-apa.

11. Bagaimana cara mengatasi fenomena budaya mencontek?
Jawab: Mengatasi budaya mencontek di kalangan siswa dengan cara guru melakukan refleksi terhadap dirinya sendiri. Siswa dapat mencontek itu berarti guru memberikan celah bagi siswanya untuk melakukan hal tersebut. Guru hendaknya memperbaiki cara mengajarnya sehingga model pembelajaran yang digunakan disukai oleh siswa dan materi yang disampaikan mudah dipahami oleh siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar